Minimarket VS Toko Kelontong |
Minimarket vs toko kelontong - Tingkat persaingan usaha di
Indonesia semakin kompetitif. Hal ini ditandai dengan semakin menjamurnya
minimarket, sebuah usaha retail modern yang menyaingi para pedagang kelontong
tradisional. Keberadaan minimarket dapat dengan mudah
dijumpai hampir di seluruh wilayah Indonesia. Berdasarkan data dari
Wikipedia.org, pada tahun 2014 keberadaan Indomaret
sebagai salah satu minimarket sudah mencapai 10.600 toko di seluruh Indonesia. Jumlah itu diprediksi akan terus meningkat pada tahun 2015.
Ini merupakan fenomena yang sangat memprihatinkan bagi masyarakat kecil yang
mengandalkan usaha toko kelontong sebagai mata pencaharian.
Walau dinilai sangat memprihatinkan, fenomena menjamurnya
gerai minimarket yang begitu cepat di Indonesia tentu sangat menarik perhatian.
Berdasarkan Survei Nielsen Research yang dikutip pada website agbnielsen.com,
terdapat data yang menunjukan bahwa terjadi pergeseran pola belanja di
masyarakat. Pergeseran tersebut lebih mengarah pada kecenderungan untuk lebih
memilih belanja di minimarket. Hal inilah yang membuat minimarket bertambah
subur.
Kecenderungan masyarakat yang lebih memilih belanja di minimarket juga bukan tanpa
alasan. Selain mempermuudah masyarakat dalam mendapatkan barang yang dibutuhkan, minimarket juga menyediakan tempat nongkrong bagi para
komunitas dan masyarakat umum yang dilengkapi
dengan berbagai fasilitas memadai. Fasilitas tersebut berupa meja, kursi,
stop kontak, Wi-Fi, dan layar LCD yang digunakan untuk nonton
bareng. Sebenarnya, ada alasan mendasar yang harus diketahui para pedagang kelontong, yaitu
alasan mengapa para pelanggan mereka perlahan beralih ke minimarket.
Alasan Beralihnya Konsumen ke
Minimarket
Sebuah pepatah mengatakan, kebersihan adalah sebagian dari
iman. Para pembeli pasti mencari tempat yang nyaman bagi mereka untuk melakukan
aktivitas belanja. Tentu faktor utama dari rasa nyaman adalah kebersihan.
Ditambah lagi di minimarket terdapat AC (Air Conditioner) yang akan
membuat para pembeli betah untuk berlama-lama dalam sebuah minimarket.
Sedangkan jika menilik toko kelontong secara umum, masih
banyak yang jauh dari kata bersih. Sering dijumpai juga di toko kelontong
terdapat debu tebal disertai hewan-hewan yang kotor. Contoh dari hewan tersebut
adalah tikus, kecoa, dan lalat. Tentu jika pembeli melihat keadaan tersebut,
selera belanja mereka akan hilang.
Kemampuan ekonomi setiap pembeli tentu berbeda-beda. Maka
dari itu label harga dapat dijadikan patokan untuk memilih dan memilah barang
yang dibeli berdasarkan ketersediaan uang yang dimiliki. Pembeli juga tidak
harus bertanya berkali-kali tentang hal yang sama.
Sedangkan pada toko kelontong, tidak ada label harga yang
tertera pada setiap barang dagangannya. Jadi, pembeli harus bertanya tentang harga dari setiap
barang yang akan dibeli. Akhirnya pun tidak semua
barang yang harganya ditanyakan itu dibeli. Bahkan terkadang pedagang menaikkan
harga barang dengan sesuka hati dengan berbagai alasan. Seperti karena BBM
naik, harga barang juga menjadi naik.
Disetiap transaksi pembelian selalu ada bukti fisik untuk
dipertanggung jawabkan. Jika pembelian tersebut digunakan untuk kebutuhan
kantor atau sebuah organisasi, tentu nota pembelian sangat berguna sebagai
bukti penggunaan dana yang akan dicatat pada laporan keuangan. Hal tersebut
tentu akan mencegah tindakan-tindakan korupsi walau hanya berskala kecil.
Sedangkan jika kita bandingkan dengan toko kelontong, tidak
banyak toko yang memberikan nota. Tentu itu akan
menyulitkan pembeli untuk memilah daftar pengeluaran pembelanjaannya. Kantor ataupun organisasi besar juga tidak akan mendapat bukti pengeluaran dana untuk
pembelanjaan barang di toko kelontong.
Sudah bukan rahasia umum jika sebagian besar orang suka
dilayani. Tidak terkecuali para pembeli yang ingin mendapatkan pelayanan
terbaik selama kegiatan belanja. Perlakuan dan pelayanan yang ramah dari
pegawai minimarket adalah kunci utama dalam menarik minat pelanggan untuk
datang dan datang lagi.
Sedangkan jika menilik pada toko kelontong, tidak semua
pemilik ataupun pegawai melayani setiap pembelinya dengan baik. Terkadang pegawai melayani pembeli dengan muka yang bersungut-sungut karena masalah
pribadi. Tentu itu akan memberikan kesan yang tidak baik bagi
pembeli.
Esensi bagi Para Pedagang Kelontong
Setiap segi keunggulan minimarket harus dapat dijadikan ide
bagi para pedagang kelontong. Bukan menjadikan usaha kelontongnya menjadi
minimarket, tetapi meningkatkan kualitas hingga setara bahkan lebih dibanding
dengan minimarket. Dengan contoh seperti membersihkan
toko, merapikan barang dagangan, meningkatkan kualitas pelayanan, dan tidak
lupa mengecek kualitas barang serta tanggal kadaluarsanya. Dengan itu, perlahan akan ada kompetensi para pedagang kelontong
untuk kembali bersaing ketat dengan pengusaha minimarket dalam menarik minat
pelanggan.